Minggu, 01 Juni 2025

Surat Untuk Kehilangan yang Tak Pernah Kembali

Kepada kamu, yang pernah kuharapkan tetap tinggal, namun memilih menjadi kenangan yang tak pernah sempat kupeluk lagi.

Aku tidak menulis ini untuk memintamu kembali.

Aku tahu, beberapa kepergian memang diciptakan untuk tak pernah kembali, dan beberapa luka, tak ditakdirkan untuk sembuh.

Aku pernah menjadi seseorang yang menunggu, menanti kabar, menanti alasan, menanti secuil keberanianmu untuk menjelaskan mengapa aku harus belajar hidup tanpamu.

Tapi kini aku tahu, beberapa jawaban memang tidak dilahirkan untuk dimengerti.

Aku berhenti bertanya.

Berhentilah menyusun kemungkinan.

Berhenti berharap suatu hari kamu akan menyesal.

Karena mungkin, dalam cerita kita, akulah yang terlalu percaya, akulah yang terlalu bertahan, dan kamu kamu hanya singgah, sekadar mampir untuk kemudian pergi.

Aku tak lagi marah.

Marah hanya menyisakan luka baru yang tak perlu.

Aku tak lagi sedih.

Sedih hanya memperpanjang sesuatu yang sudah lama selesai.

Yang tersisa hanyalah sepotong keikhlasan,

rapuh, tapi cukup untuk membiarkanku berjalan lagi,

tanpa membawa beban bayangmu dalam setiap langkah.

Untuk kamu,

yang kini bahkan mungkin telah melupakan caraku memanggil namamu,

aku biarkan hatiku memaafkan,

meski tak akan pernah melupakan.

Semoga dunia mempertemukanmu dengan apa yang kamu cari.

Semoga hidup memberimu kebahagiaan,

yang dulu pernah kubayangkan kita perjuangkan bersama.

Dan aku,

akan tetap melanjutkan perjalanan ini,

tanpa lagi menoleh,

tanpa lagi berharap.

Karena beberapa kehilangan memang harus diterima, bukan dilawan.

Karena tidak semua cinta cukup untuk membuat orang bertahan.

Dan aku telah cukup.

Telah cukup mencintai, cukup terluka, cukup melepaskan.