Aku mencintaimu.
Kalimat itu tak pernah berubah, meski dunia di antara kita sudah tidak lagi utuh seperti dulu.
Aku mencintaimu
dengan cara yang tak lagi bersuara, hanya menatapmu dari balik pintu kenangan, sembari menahan napas agar air mata tidak jatuh terlalu awal.
Aku pernah menjadi rumah, yang kau masuki dengan langkah ringan, yang kau tinggali dengan segala versi dirimu-termasuk saat kau berubah, saat kau mulai bicara dengan hati yang bukan milikku.
Aku tahu.
Lebih cepat dari yang kau duga, aku tahu. Tentang dia yang merebut tumpuan matamu, tentang senyumanmu yang mulai terasa jauh, tentang kata "sayang" yang masih kau ucapkan padaku tapi kehilangan rasa di dalamnya.
Tapi aku diam.
Karena mencintaimu artinya tetap memilih bersamamu, meski hatiku harus patah berkali-kali dalam sunyi.
Aku menampung sakit tanpa pernah menyebutnya luka, karena kupikir-cinta yang besar berarti menerima semuanya, termasuk rasa sakit yang tidak dibagi.
Aku Masih Mencintaimu, Namun Aku Harus Melepaskanmu
Aku mencintaimu.
Kalimat itu tak pernah berubah, meski dunia di antara kita sudah tidak lagi utuh seperti dulu.
Aku mencintaimu
dengan cara yang tak lagi bersuara, hanya menatapmu dari balik pintu kenangan, sembari menahan napas agar air mata tidak jatuh terlalu awal.
Aku pernah menjadi rumah, yang kau masuki dengan langkah ringan, yang kau tinggali dengan segala versi dirimu-termasuk saat kau berubah, saat kau mulai bicara dengan hati yang bukan milikku.
Aku tahu.
Lebih cepat dari yang kau duga, aku tahu. Tentang dia yang merebut tumpuan matamu, tentang senyumanmu yang mulai terasa jauh, tentang kata "sayang" yang masih kau ucapkan padaku tapi kehilangan rasa di dalamnya.
Tapi aku diam.
Karena mencintaimu artinya tetap memilih bersamamu, meski hatiku harus patah berkali-kali dalam sunyi.
Aku menampung sakit tanpa pernah menyebutnya luka, karena kupikir-cinta yang besar berarti menerima semuanya, termasuk rasa sakit yang tidak dibagi.
Aku masih mencintaimu.
Tuhan tahu itu.
Tapi mencintai tak harus selalu memiliki.
Apalagi jika memiliki artinya kehilangan diriku sendiri.
Jadi, ini bukan perpisahan.
Ini aku yang memilih untuk bertahan...
tapi tidak lagi untukmu.
Ini aku yang memilih untuk mencintaimu-
dari kejauhan.
Dengan doa yang sama,
tapi bukan lagi dengan pengorbanan yang membunuh secara perlahan.
Jika suatu hari kau bertanya
kenapa aku pergi,
isinya:
aku tak pernah berhenti mencintaimu,
aku hanya berhenti melukai diriku sendiri
untuk tetap tinggal.