Minggu, 01 Juni 2025

Aku dan Kamu: Sebuah Cerita yang Tak Sempat Selesal

Aku masih ingat. han ketika kau pertama kali menyapaku, biasa saja sebenarnya, tapi entah kenapa hatiku terasa seperti pulang.

Ada sesuatu dalam caramu melihatku-bukan tatapan yang menusuk, melainkan yang memeluk pelan, dalam, dan diam-diam.

Waktu itu, aku tidak tahu bahwa menyayangimu akan menjadi pelajaran paling sunyi dalam hidupku.

Tak ada buku panduan untuk mencintai seseorang yang akhirnya pergi bahkan tanpa mengucap "maaf".

Aku mencoba mengingat, di mana titik kita mulai retak?

Apakah saat aku terlalu sering percaya bahwa cinta cukup jadi alasan untuk bertahan?

Atau saat kau mulai bicara tentang masa depan tanpa lagi menyebut namaku di dalamnya?

Kita tak berdiskusi,

tapi malam kita menjadi lebih dingin.

Kita masih saling sapa,

tapi tidak lagi saling mendengar. Dan yang paling menyakitkan adalah, aku masih di situ-di tempat kita janjikan masa depan yang sederhana, sementara kau telah jauh,
menuju hidup yang tak lagi memerlukan aku.

Pernah suatu malam,

aku menulis surat untukmu

panjang sekali,

tentang rindu yang tak sempat disampaikan,

tentang hari-hari yang kulewati

dengan menyebut namamu dalam doa,

bukan agar kembali,

tapi agar aku ikhlas.

Tapi surat itu tak pernah kukirim.

Karena aku sadar,

yang kau butuhkan bukan aku yang setia,

tapi dunia yang tak mengingat masa lalu.

Dan aku adalah masa lalu yang selalu mengingatmu.

Ada hal-hal yang tak bisa dijelaskan:

seperti kenapa kita bertemu

jika akhirnya tak bersama,

atau kenapa aku masih menyebut namamu

saat semua orang menyuruhku melupakan.

Dan malam ini,

aku kembali membuka album ingatan,

menemukan potret kita yang tak pernah dicetak,

hanya tersimpan di dalam kepala.

dan nyaris pudar di antara air mata.

Kau tahu?

Kadang aku masih bermimpi tentang kita-

tentang sarapan pagi yang tak pernah ada,

tentang percakapan ringan saat senja,

tentang tanganmu yang menua bersama tanganku

Tapi semua itu tinggal kemungkinan yang tak sempat menjadi kenyataan.

Karena cerita kita

adalah cerita yang tak sempat selesai.

Bukan karena tak ada cinta,

tapi karena tak ada waktu.

yang benar-benar berpihak pada kita.

Kini, aku menulis ini bukan untukmu, tapi untuk diriku sendiri-yang masih belajar menerima bahwa beberapa cinta, meskipun dalam,

tidak ditakdirkan untuk tinggal.

Dan itu tidak apa-apa.

Aku akan tetap mencintaimu seperti langit mencintai senja, walau tahu ia akan tenggelam.