Kamis, 18 September 2025

Closure

Kemarin, aku menghubungimu berkali-kali.

Aku merayu, aku mencoba bersikap manis seperti dulu, dan bahkan menelan habis rasa gengsi yang biasanya kupertahankan mati-matian.

Aku pikir, mungkin kamu hanya butuh diyakinkan.
Mungkin kamu hanya sedang menunggu aku lebih dulu yang mengalah.

Tapi ternyata...
Semua yang aku lakukan hanya berbalas diam.
Responmu jika itu bisa disebut respon terlalu dingin, terlalu asing.
Seolah kamu ingin bilang, "Aku tak ingin diganggu lagi."

Dan ya, akhirnya aku mengerti.
Aku memilih untuk berhenti.
Bukan karena aku menyerah begitu saja,

tapi karena mempertahankan sesuatu yang tak ingin dipertahankan dua arah,
hanyalah luka yang kamu bentuk sendiri dengan penuh sadar.

Hari ini, aku belajar bahwa mencintaimu tak selalu harus berart terus mengejarmu.
Kadang, mencintai juga berarti tahu kapan harus berhenti agar diri sendiri tidak hancur berkeping-keping.

Dan jika suatu saat kamu mencariku,
mungkin kamu akan sadar, aku tak pernah pergi karena bosan aku pergi karena lelah memperjuangkan seseorang yang bahkan tidak pernah mencoba tinggal. 

Rabu, 17 September 2025

Setulus Apa Rasamu..

Setelah aku benar-benar melepaskanmu, aku mulai menyadari Ternyata rasamu begitu kecil, tidak pernah cukup untuk disebut cinta.

Wajahmu biasa saja.
Usahamu? Nyaris tak pernah ada.
Dan terima kasih sayangmu... hanyalah kumpulan kata isi tanpa, yang bahkan tak mampu bertahan di antara diamku.

Dan aku sempat bertanya, bagaimana mungkin aku dulu terpikat padamu?

Mengapa aku rela mengorbankan banyak hal demi

seseorang yang bahkan tak pernah benar-benar berusaha menggenggamku?

Kini aku mengerti, ternyata benar, cinta yang tulus bisa membutakan.

Aku buta oleh perasaanku sendiri, buta oleh harapan, buta oleh keinginan untuk percaya bahwa kau adalah orang yang tepat.

Lucu rasanya, dulu aku sempat mengira engkau segalanya.

Padahal tak lebih dari seseorang yang kebetulan hadir di saat aku sedang ingin percaya pada siapa pun.

Sekarang aku tahu, bukan engkau yang begitu berharga, tapi perasaanku sendiri yang terlalu tulus-hingga sempat memuliakanmu lebih dari yang pantas.

Aku tidak menyesal, hanya merasa geli mengingat betapa mudahnya aku silau oleh sesuatu yang ternyata tidak seberapa. Dan kau, dengan segala ketidakseriusanmu, hanya membuktikan satu hal:

Aku pernah jatuh terlalu rendah pada seseorang yang tak layak

Terima kasih sudah sempat singgah-karena lewatmu aku belajar mengenali siapa yang harus segera kutinggalkan Tidak ada lagi ruang, tidak ada lagi pintu, bahkan tidak ada lagi
lorong sempit di pikiranku untukmu.

Semoga kita tidak pernah bertemu lagi, tidak dalam kebetulan, tidak dalam sapaan, bahkan tidak dalam ingatan yang mungkin masih mencoba berkhianat.

Jika pun suatu hari dunia iseng mempertemukan kita, anggaplah aku sekadar orang asing yang pernah salah memberi tempat terlalu mulia untukmu.

Aku bukan pilihan terakhir......

Pada akhirnya aku harus sadar bahwa aku bukan pilihan terakhir. Kesadaran itu datang seperti pisau yang perlahan menembus daging, tidak sekaligus, tapi cukup dalam untuk membuatku terjatuh dalam sepi. Aku hanyalah bayangan di tepi jalan cintamu, tempat singgah sebelum kau menemukan cahaya yang Jain.

Ada luka yang mengendap, seperti lilin yang terus meleleh tanpa pernah dipedulikan apinya. Aku terbakar demi memberi terang, tapi kau memilih berjalan menuju matahari yang lebih besar.

Dalam diam aku pun mengerti, bahwa tidak semua nyala pantas kau jaga. Aku hanyalah api kecil yang kau biarkan padam.

Menjadi bukan pilihan terakhir membuatku seperti pohon yang kehilangan daunnya di musim dingin. Aku tetap berdiri, tapi hampa, meranggas, menanti musim yang entah akan kembali atau tidak. Kau adalah badai yang merenggut segalanya, meninggalkan aku dalam sunyi yang berdesir panjang.

Kini air mataku bukan lagi tanda kelemahan, melainkan samudera yang menelan segala sisa kenangan. Setiap tetesnya adalah perpisahan kecil, hingga akhirnya aku sadar: kau tidak pernah sungguh-sungguh memilihku, hanya meminjamku untuk menunda kesepianmu sendiri.

Dan pada akhirnya, aku berjalan sendirian di lorong gelap, tanpa cahaya dari siapapun. Mungkin aku bukan pilihan terakhir, mungkin aku hanyalah persinggahan yang tak diingat. Namun biarlah, dalam kegelapan ini aku belajar menjadi api bagi diriku sendiri meski redup, meski rapuh, setidaknya ia bukan lagi bergantung pada tanganmu".

Senin, 08 September 2025

Kamu..IYAA... UNTUK KAMU WANITA YANG APA" SENDIRI..

Hai kamu, wanita hebat yang diam-diam menyimpan lelahnya di balik senyuman....

Aku tau kamu sudah terlalu sering berdiri sendiri.

Ketika dunia menjadi terlalu bising, tak ada yang benar-benar mengerti suara hatimu.

Ketika hidup melempar ujian bertubi-tubi, kamu tak menunggu diselamatkan, kamu belajar bertahan. Kamu belajar memperbaiki hatimu sendiri, menjahit luka dengan tangan yang juga dipakai untuk bekerja, menyeka air mata tanpa suara karena takut dianggap lemah.

Tapi hari ini izinkan aku berkata:

"Kamu tidak salah menjadi kuat, tapi kamu juga tidak salah kalau ingin istirahat.

Kamu berhak menangis, berhak mengeluh, berhak merasa lelah tanpa harus merasa bersalah. Karena kamu bukan robot. Kamu manusia, dan kamu wanita yang luar biasa.

Mungkin tak banyak orang tau berapa kali kamu nyaris menyerah. mungkin mereka hanya melihat hasil, tapi tidak proses berdarah-darahmu. Namun tuhan tau, langit mencatat setiap air matamu. Dan percayalah, tidak ada perjuangan yang sia-sia jika kamu
menjalaninya dengan tulus.

Jangan takut menjadi sendiri. Karena dalam kesendirian itulah, Semesta jadi yang paling dekat memelukmu.

Teruslah hidup dengan hati yang besar, karena suatu hari nanti..

Ada pelukan yang tak menuntut, hanya menguatkan. Akan ada rumah yang tak membuatmu lelah, tapi membuatmu pulang. Sampai hari itu tiba..tetaplah menjadi kamu yang kuat, meski dunia kadang terlalu berat.

Dengan penuh hormat dan haru, surat dari Sang Semesta untukmu, wanita hebat. Khususnya kamu yg baca surat ini peluk jauh dari aku Sang Semesta (kata" untuk diri sendiri) oompanda

Minggu, 07 September 2025

"Hadir yang Terabaikan, Pergi yang Tak Terlupakan"

Ada saatnya manusia bertahan dalam diam, meski hatinya terus diremukkan perlahan oleh sikap yang abai. Ada saatnya seseorang memberi seluruh tenaga, waktu, dan cinta-namun tak dianggap lebih dari bayangan yang melintas sebentar. Kehadiran menjadi rutinitas yang biasa, suara menjadi gema yang tak didengar, dan kasih menjadi air yang dianggap takkan pernah kering.

Namun begitulah, cinta yang hadir setiap hari sering kali tak disadari nilainya. Mata yang terbiasa melihat, justru mudah menyepelekan; hati yang terbiasa menerima, justru lupa berterima kasih, Orang yang ada di sampingmu hari ini, mungkin adalah kehilangan terbesarmu esok hari.

Ada orang yang tidak pernah dipeluk dengan syukur saat hadir, tetapi dipeluk erat oleh penyesalan ketika pergi. Karena kepergian itu bukan hanya tentang hilangnya raga, melainkan tentang hampa yang ditinggalkan. Saat seseorang yang dulu selalu ada, tiba-tiba tidak lagi bisa kau temui, barulah waktu mengajarkan: betapa berharganya ia yang kau anggap sepele.

Hidup adalah ironi-kadang manusia baru memahami nilai sebuah kehadiran ketika yang ditinggalkan hanyalah jejak, doa, atau kenangan yang berulang di kepala. Betapa sering kita membiarkan hati yang setia patah, dengan dalih kesibukan, dengan alasan lelah, atau bahkan dengan sikap acuh yang kita anggap sepele.

Maka jika dunia ini menolak menghargai dirimu ketika kau hadir, biarlah ia belajar lewat kepergianmu. Biarlah sunyi yang kau tinggalkan mengajarkan makna. Biarlah kosongnya kursi yang dulu kau duduki menjadi pengingat betapa hangatnya dirimu saat ada. Kadang pergi adalah satu-satunya bahasa paling tegas untuk mengatakan: aku bukan sekadar bayangan, aku manusia yang layak dihargai.

Pergi bukan berarti kalah, bukan pula dendarn. Pergi adalan cara merawat harga diri. Karena ada luka yang tak bisa diobati dengan kata maaf, hanya bisa disembuhkan dengan jarak. Ada cinta yang tak bisa dipaksakan untuk terus memberi, tanpa pernah dihargai. Dan ada kehadiran yang tak boleh terus diperlakukan seperti debu di tepi jalan.

Maka, jangan menangis bila akhirnya kepergianmu membuat orang lain baru menyadari siapa dirimu sebenarnya. Sebab kadang luka yang paling dalam bukan ketika kau tidak dianggap, melainkan ketika kau sadar selama ini kau ada, tetapi mereka tidak pernah benar-benar melihatmu.

Dan dari sanalah filosofi hidup berbisik: tidak semua kehadiran harus dipertahankan. Ada yang cukup menjadi kenangan. Ada yang cukup menjadi pengingat. Karena nilai manusia tidak ditentukan oleh siapa yang menghargai, tetapi oleh bagaimana la menjaga martabatnya sendiri.

Jadilah sosok yang ketika hadir mungkin diabaikan, tetapi ketika pergi, kepergianmu menjadi tanda tanya yang tak pernah terjawab, menjadi sesal yang tak pernah sembuh, menjadi rindu yang tak pernah padam Sebab itulah takdir dari hati yang tulus -sering kali dipahami terlambat, tetapi justru di situlah letak keabadian maknanya.

Selasa, 02 September 2025

Kamu saat itu melarangku untuk pergi, bahkan kita berjanji untuk tidak saling meninggalkan

Walaupun pada akhirnya kita harus berpisah setidaknya semesta pernah menjadi saksi betapa bahagianya aku saat bersamamu, betapa aku menyayangimu dengan seluruh versiku yg paling jujur. 

Betapa kamu pernah jadi satu-satunya alasan kenapa aku begitu semangat membuka hari.

Aku masih ingat detailnya..
Cara kamu memanggilku,
Cara kamu tertawa diantara kalimat tak penting.
Dan cara kamu meyakinkan bahwa aku cukup untukmu meski dunia berkata sebaliknya

Kita pemah punya hari-hari yang indah Bukan?
Hari -hari dimana segala hal terasa ringan karena kita saling genggam. 
Hari - hari dimana aku tidak butuh apa apa lagi Selain tatapan matamu yg bilang Aku ada disini Aiy.. 

Tapi seperti semua hal indah lainnya.
kita tidak bertahan
Kita tidak sejauh harapan yg kita bisikkan sebelum tidur..
meski hati masih penuh keinginan untuk bertahan
kini kita hanya dua orang asing yang pernah akrab
Dan meski tak lagi saling menyapa kadang, namamu masih terlintas 
diantara jeda yg tiba-tiba sunyi...
dan hati yang tiba-tiba sesak.

Bukan karena aku belum mencoba melupakan...
Kamu saat itu melarangku untuk pergi, bahkan kita berjanji untuk tidak saling meninggalkan

walaupun pada akhirnya kita harus berpisah
setidaknya semesta pernah menjadi saksi
betapa bahagianya aku saat bersamamu,
betapa aku menyayangimu dengan seluruh versiku yg paling jujur
Betapa kamu pernah jadi satu-satunya alasan kenapa aku begitu semangat membuka hari.

Aku masih ingat detailnya..
Cara kamu memanggilku,
Cara kamu tertawa diantara kalimat tak penting.
Dan cara kamu meyakinkan bahwaa aku cukup untukmu meski dunia berkata sebaliknya

Dan yg paling penting bukan perpisahan nya..
tapi kenyataan bahwa seseorang yg dulu begitu dekat,
sekarang terasa begitu jauh..
bahkan lebih asing dari siapapun.
namun dari semua kehilangan..
aku tetap bersyukur.
Karena bersamamu pernah membuat aku merasa utuh,
pernah membuat aku merasa cukup..
Dan aku selalu menyimpan kenangan itu,
bukan sebagai luka,
tapi sebagai bagian paling indah dari kisah yg harus aku tutup.
jika nanti aku lupa segalanya...
semoga Aku tetap ingat satu hal
"Bahwa pernah ada kamu Aiy... yg membuat aku bahaagia hingga semesta pun tau senyumku saat itu bukan pura-pura"

Senin, 01 September 2025

Surat dari seseorang yang belum selesai segalanya tentangmu

Aku tak tau harus memulainya dari mana.

Yg jelas rasamu belum benar2 selesai disini, dan namanu...entah bagaimana, masih menetap diam2 tinggal diruang yang tak pernah aku undang, tapi juga tak pernah aku usir.

Kamu pergi,
dan aku tidak bisa menahanmu,
bukan karena tidak ingin,
tapi karena aku tau
jika cinta harus dipaksa tinggal,
maka ia akan berubah menjadi luka yang paling sunyi. 

Aku mencoba kuat,
mencoba percaya bahwa semua ini akan membaik.
tapi bagaimana bisa membaik, kalau satu2 nya yang pernah mebuatku utuh adalah kamu.
yang justru memilih pergi?
kamu tidak salah,  tidak juga jahat
kamu hanya memilih jalanmu sendiri.

Dan aku,
aku hanya seseorang yang belum tau bagamana caranya mencintai tanpa berharap kembali. 

Setiap kali aku menulis kata kata ini,
rasanya menoreh luka yg belum kering.
Bukan untuk menyakiti diri sendiri,
tapi untuk memastikan bahwa rasa ini nyata.

Bahwa aku benar benar pernah mencintai sedalam itu.
Kamu tdk perlu datang kembali.
Aku tidak menunggu, kecuali semesta memberi waktu kedua kali untuk kita pulang ke rumah yg sama.

Dan aku,
masih menyimpanmu, bukan didepan Pintu.
Tapi ditempat yang lebih dalam dari itu.
Diruang paling sunyi dalam diriku.

Tempat dimana hanya kamu yg pernah duduk dengan nyaman. Aku tdk ingin kamu merasa bersalah.

Cinta ini bukan beban yang ku titipkan padamu, ini hanya bagian dari kisahku yg kebetulan pernah menuliskan namamu disetiap halamannya.. 

Dan kalau suatu hari kamu bertanya,
kenapa aku belum sepenuhnya Pulih,

Jawabannya sederhana:
Karena aku belum selesai mencintaimu,
dan mungkin, memang belum ingin..